Kembang Jepun adalah kenangan besar bagi Surabaya. Bukan hanya gedung dan lanskap, di sana terjalin cerita historikal sosiologis yang tak pernah putus.
Surabayastory.com – Kembang Jepun, sepenggal jalan sepanjang sekitar 1 km di kota Surabaya, punya story (cerita) dan sejarah (history) yang panjang. Dengan lebar sekitar 20 meter, jalan ini berkembang sedemikian rupa mengikuti zaman dengan tetap menyimpan akar masa lalu. Kembang Jepun termasuk wilayah tua di kota Surabaya. Berada di daerah Kali Mas dan dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak. Di lokasi inilah sejak dulu perniagaan kota Surabaya dimulai.
Konon sejarah Surabaya sebagai kawasan perdagangan sudah dimulai sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Disebutkan di masa itu, kawasan ini dihuni para pedagang asing yang menambatkan kapal-kapalnya di bandar yang ramai yang kini dikenal sebagai Surabaya.
Jalan Kembang Jepun berkembang menjadi salah satu ikon Kota Surabaya. Sebagai kawasan kota lama, padat dan sibuk sebagai kawasan perdagangannya. Segala jenis toko dengan berbagai barang dagangan ada di sini. Sebagai kawasan Pecinan, Kembang Jepun menyisakan cerita tentang orang-orang China dan peradaban budayanya.
Kawasan ini turut menyumbang perkembangan usaha dagang dan ritel Surabaya. Menjadi kawasan tersibuk di siang hari, hingga melahirkan Surabaya menjadi salah satu kawasan bisnis terbesar di Indonesia.
Sebagai bagian dari masa lalu, jejaknya bisa dilihat dari lanskap serta arsitektur gedung-gedung yang ada di sana. Bangunan-bangunan kuno yang megah di zamannya, masih bisa dinikmati hingga saat ini. Jalan-jalan sekitarnya seperti Jl Karet, Jl Slompretan, Jl Gula, Jl Kopi, Jl Panggung, Jl Songoyudan, memberi nuansa kental akan kejayaan dan ramainya perdagangan di wilayah itu.
Kala itu Kembang Jepun berkembang seiring dengan ramainya pelabuhan di Jembatan Merah. Memang sejak kepemimpinan Daendels (1811), pusat pemerintahan kota Surabaya ada di sekitar Jembatan Merah. Di awal perkembangannya, kota Surabaya dibangun terlebih dahulu bagian kota lama, di daerah sekitar Jembatan Merah ini, yang kemudian disebut dengan Kota Bawah. Di sini menjadi pusat kegiatan bangsa Belanda. Mereka membangun gedung-gedung pemerintahan, kantor dagang, gudang, pertokoan, pasar besar, kantor polisi dan kantor pajak berada dalam satu lingkungan.
Kemudian dibangun wilayah permukiman yang terbagi menjadi dua wilayah berdasarkan etnis sesuai Undang-undang Wijkenstelsel. Permukiman orang-orang Eropa terletak di barat Jembatan Merah. Permukiman orang-orang Timur Asing (Vreande Oostrelingen) seperti Tionghoa, Arab, dan pribumi di timur. Jalan Kembang Jepun sebagai pembatas diantaranya.
Dilihat dari sisi Kali Mas, kawasan dibagi menjadi daerah Pecinan di selatan Kali Mas, kampung Arab, dan Melayu di Utara Kali Mas. Orang-orang Belanda tinggal di bagian Barat Kalimas yang kemudian menghasilkan bangunan-bangunan dengan arsitektur kolonial, hingga tersebut komunitas “Eropa Kecil”.
Kembang Jepun dulu bernama Handelstraat (handel berarti perdagangan, straat artinya jalan). Di masa Jepang Kembang Jepun semakin terkenal. Di sini banyak berdiri tempat-tempat hiburan dan restoran.
Kembang Jepun Bersolek
Jalan Kembang Jepun masuk wilayah Surabaya Utara. Jalan ini masuk dalam rencana revitalisasi kota lama yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Pembangunan ulang kawasan Jl Kembang jepun saat ini masih berjalan. Belum terlihat dan dinikmati hasilnya, masih banyak sentuhan akhir yang lebih signifikan untuk bisa menikmati atmosfernya.
Revitalisasi Kembang Jepun dilakukan setelah revitalisasi Jalan Panggung dilakukan. Aktivitas ini bersamaan dengan menata kembali Jl Karet yang ada di sampingnya. Program revitalisasi kota lama yang ditandai dengan pengecatan tampak depan bangunan (fasad) di sepanjang Jalan Kembang Jepun. Dari rencana, ada 120 bangunan yang akan “disegarkan”. Pengecatan dimulai dengan perbaikan permukaan dinding, kemudian menggosoknya agar rata dan bebas dari lembab dan jamur. Pengecatan dilakukan dengan memberikan cat dasar, dan kemudian berlanjut dengan cat akhir (finishing).
Dalam proses revitalisasi ini, pertama kali dilakukan diskusi tentang renovasi bangunan. Kemudian setiap bangunan akan dibuat wajah dasar dengan tiga warna dan model pengecatan. Gambar yang disepakati oleh tim dan pemilik bangunan, perbaikan dan pengecatan baru dimulai. Proses penyegaran kawasan ini ditargetkan sebelum bulan Mei 2019. Setelah pengecatan fasad aka nada pembangunan trotoar, pedestrian dan halte shuttle bus. Semua itu bisa dinikmati saat peringatan Hari Ulang Tahun Kota Surabaya, 31 Mei 2019.
Sebagai bagian yang akan dikembangkan sebagai kawasan wisata sejarah dan destinasi wisata urban, di sini akan dilengkapi dengan beberapa fasilitas pendukung. Mulai penataan jalur kendaraan, areal berjalan wisatawan, tempat parkir, toilet, dan sebagainya.
Selain keindahan arsitektur bangunan dan lanskap wilayah, di sini nanti akan digelar beberapa kegiatan budaya, festival, serta pameran-pameran. Selain itu juga dikembangkan sudut-sudut untuk penjualan souvenir dan produk-produk UKM di Surabaya.
Revitalisasi Jl Kembang Jepun ini adalah untuk menghidupkan dan memperkuat rencana wisata kota tua. Jelan Kembang Jepun diperkuat sebagai wisata kawasan Pecinan. Kembang Jepun dulu adalah pusat Pecinan di Surabaya. Mulai dari kebudayaan, perdagangan, hingga pusat pertemuan para warga keturunan Tionghoa di Surabaya. Seiring dengan zaman yang berubah, saat ini Kembang Jepun hanya ramai untuk berdagang di siang hari. Mulai sepi di sore dan malam hari.
Kembang Jepun mempunyai sejarah panjang, sepanjang perjalanan Kota Surabaya. Perjalanannya penuh dengan cerita, hikayat, sejarah, hingga pesan-pesan tak terucap. Semuanya melukiskan story-nya sesuai zamannya.
Kembang Jepun kembali bersolek dengan berbagai gincu serta pewarna muka. Tampilannya mungkin menarik bagi sebagian orang, dan sebagian lagi tak setuju dengan aneka warna. Jalan Kembang Jepun berusaha untuk mengembalikan kenangan akan kejayaannya, sebagai pengingat sekaligus penggugah warga Surabaya. Kita nikmati saja. –sa