Halte-halte bis kota yang cantik, sebagian mulai pudar. Ada pula yang rusak, atau petunjuk yang hilang. Perlu perbaikan dan penyegaran.
Surabayastory.com – Kota Surabaya terus berkembang, membentang dari Utara ke Selatan. Dalam perkembangan tahun 1990-an hingga saat ini, melebar ke Timur dan Barat. Dengan cakupan wilayah yang luas, menjadikan transportasi sebagai bagian sangat vital dalam degup Kota Surabaya. Dengan posisi sebagai kota dagang dan jasa, membuat kemudahan dan kecepatan akses menjadi utama. Surabaya menjadi kota transit sekaligus tujuan bisnis. Untuk mencapainya, sarana transportasi menjadi kunci.
Dalam struktur tubuh jalinan transportasi, ada simpul-simpul penting yang penting namun kerap terlupakan. Simpul kecil yang berarti besar itu adalah tempat pemberhentian yang lazim disebut juga dengan halte. Poin ini mempunyai peran yang penting dalam rangkaian fungsi transportasi di sebuah kota. Halte adalah titik tumpu antara moda transportasi dengan penumpang. Sebagai tempat pemberhentian sekaligus jeda. Pemerintah Kota Surabaya berencana untuk merevitalisasi sekaligus mempernyaman suasana halte-halte di Surabaya.
Halte bus perlu menjadi perhatian. Halte dinilai menjadi garda depan dalam meningkatkan kualitas pelayanan transportasi. Dengan halte yang bagus, diharapkan transportasi massal jadi pilihan masyarakat. Transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau. Revitalisasi halte bus merupakan program yang didahulukan. Setelah itu baru memperbaiki peremajaan angkutan umumnya. Dengan perbaikan halte-halte ini, diharapkan fasilitas untuk angkutan umum dapat berjalan maksimal.
Pemerintah Kota Surabaya memang terus membenahi infrastruktur kota. Setelah visual dengan taman-taman yang cantik, infrastruktur kota secara perlahan dibereskan. Pedestrian yang kotor tak rata, sudah dibuat lebar dan memanjakan pejalan kaki. Transportasi dipermudah dengan hadirnya Suroboyo Bus yang modern, aman, dan ramah lingkungan (tiket bisa ditebus dengan menukarkan botol dan gelas plastik bekas minuman). Halte bus yang awalnya terkesan kumuh pun disulap semakin cantik dan memudahkan.
Di Surabaya, halte di Jl. Panglima Sudirman yang terlihat sudah mulai tergarap dengan baik. Desain yang ditawarkan modern futuristik. Mengikuti tren digital yang menjangkiti anak-anak muda yang menjadi sasaran utama ajakan memakai angkutan umum. Selain ada atap berwarna silver sebagai pelindung, juga ada tempat duduk sementara dari pipa besi yang dibuat berundak. Di situ juga tersedia jalur-jalur bus umum yang lewat. Dan tambahan baru adalah peta jalur untuk Suroboyo Bus. Sebagai halte standar dunia, di sana juga diberikan kotak sampah dengan pilihan jenis sampah.
Jika melihat fasilitas dan penampilan yang diberikan, halte ini tentu saja jauh lebih bagus dibanding 10 tahun lalu ketika halte itu tidak menarik. Kotor, berdebu, berkarat, dan tanpa fasilitas. Suksesnya sebuah halte bisa dilihat dari semakin banyaknya masyarakat yang terlayani baik di sana. Semakin banyak fasilitas, akan semakin membuat para penumpang betah.
Koneksi Moda Transportasi
Surabaya memiliki luas wilayah yang cukup besar. Sebagai kota dagang dan jasa menjadikan aktivitas warganya sangat membutuhkan akses yang cepat, terutama transportasi. Namun, kebutuhan warga di kota Surabaya telah terpenuhi oleh sarana prasarana kota yang memadai.
Halte memegang peranan penting dalam proses koneksi antar-moda transportasi. Halte biasanya ditempatkan pada jaringan pelayanan angkutan bus. Orang Surabaya menyebutnya stopan bus. Dalam jaringan jalan dalam kota, halte ditempatkan pada jarak 300 sampai 500 m. Sementara di pinggiran yang beban transportasinya lebih ringan, tempat pemberhentian ditempatkan 500 sampai 1000 m.
Program yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surabaya, sebenarnya sejalan dengan program yang didorong pemerintah pusat untuk melakukan revitalisasi angkutan perkotaan di tujuh kota besar dalam lima tahun ke depan. Kota-kota yang termasuk dalam program tersebut adalah Surabaya.
Revitalisasi angkutan perkotaan tersebut adalah mengintregasikan segenap moda transportasi yang ada mulai kereta api, moda jalan ataupun moda lainnya sehingga tercipta pelayanan yang lebih cepat, efisien dan memudahkan masyarakat. Yang lebih ditekankan adalah connectivity (keterhubungan). Intregasi dilakukan secara fisik, intregasi tiket dan intregasi dalam jadwal.
Kota Surabaya memiliki kelengkapan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Infrastruktur transportasi darat, laut, dan udara yang mampu melayani perjalanan lokal, regional, maupun internasional.
Transportasi kota sudah bisa mengantar warga kota hingga pelosok kota. Moda yang digunakan antara lain bus, angkutan kota (bemo), taksi, becak, hingga ojek. Bis kota melayani 19 jalur, angkutan kota punya 57 rute hingga jalan-jalan kecil bisa dicapai.
Meski Halte di Surabaya sudah berfungsi dengan baik, belum semuanya punya penampilan yang segar. Ada beberapa pembenahan yang bisa dilakukan. Misalnya, beberapa halte masih terkesan lama. Contohnya di Jl. Diponegoro. Halte belum punya desain secantik di Raya Darmo atau Panglima Sudirman. Kelengkapan fasilitasnya pun belum ada.
Perbaikan kedua yang bisa dilakukan dengan mengganti tempat duduk yang lebih baik. Pipa yang dibuat bertingkat terasa kurang sesuai untuk dipakai duduk walau sementara. Dan ketiga, beberapa fasilitas atau material mulai rusak, mulai dari papan petunjuk yang mulai pudar, atau ada beberapa bagian yang hilang. Dengan semakin sadarnya masyarakat akan transportasi massal, keberadaan halte nantinya akan sangat dibutuhkan. Saat ini dari belasan halte yang sudah disediakan pemkot, hanya beberapa halte yang dimanfaatkan calon penumpang. Adapun halte-halte lain hanya setengah berfungsi, seperempat berfungsi, dan tidak berfungsi sama sekali.
Keberadaan halte juga menunjukkan kemajuan peradaban sebuah kota. Menjadi bagian dari pelayanan umum (public service). Perlahan, Surabaya harus meningkatkan fasilitas halte. Mungkin mulai pakai AC karena Surabaya panas, ada kafe sederhana, ada bacaan sambil menunggu, ada colokan untuk tambah daya, hingga signal jika bus akan datang. Halte-halte yang bagus dan nyaman, bersih dan teduh, akan memancing masyarakat untuk masuk dalam angkutan massal, sehingga kemacetan akibat kendaraan pribadi bisa dikurangi. –sa