Ini adalah cerita tentang suasana sehari-hari antara 1-9 November 1945 dulu di kota Surabaya.
Surabayastory.com – Berturut-turut Kontakbiro rapat. Tetapi boleh dikata yang hadir tidak selalu seperti apa yang ditunjuk sebagai anggota dalam rapat pembentukannya. Terutama dari pihak Inggris. Apalagi dengan meninggalnya Jenderal Mallaby, Kolonel Pugh mengganti beliau sebagai ketua. Dari pihak kita yang mengetuai kadang-kadang Pak Dirman, kadang-kadang Cak Doel Arnowo. Kapten Shaw, counterpart saya jarang kelihatan.
Rapat-rapat diadakan di kantor gubernur atau di salah satu rumah di persimpangan Jalan Batavia (sekarang Jl. Jakarta), dekat dengan lapangan terbang Tanjung Perak. Pembicaraan pada hari-hari pertama pertama berkisar kepada cara mengangkut yang mati dan luka-luka dari pihak Inggris yang ada di daerah kita, dan korban dari pemuda dan rakyat kita yang ada di daerah Inggris. Juga cara mengangkut para interniran dari kota ke pelabuhan.
Pihak Inggris mengemukakan bahwa mereka kehilangan 220 perwira dan anak buah. Ada yang ditemukan mayatnya, ada yang tidak. Di mana itu semua? Terus terang kita tidak tahu semuanya. Sebab banyak di antara opsir dan serdadu Inggris yang mayatnya dikubur oleh rakyat di tempat-tempat pertempuran atau dilemparkan ke Kali Mas. Namun demikian apa yang kita ketahui kita serahkan kepada pihak Inggris. Demikian juga dengan yang luka-luka. Jumlah serdadu Inggris yang luka-luka tercatat 80 lebih.
Tetapi yang paling sulit menjawab persoalannya ialah di mana mayat Jenderal Mallaby? Hal ini tidak pernah saya ketahui sendiri dengan jelas. Demikian juga tidak oleh Cak Doel Arnowo dan lain-lain anggota. Terkecuali oleh Kundan yang pernah melaporkan bahwa mayatnya (Jenderal Mallaby) untuk beberapa hari telah disimpan oleh dr Sugiri di Rumah Sakit Umum, dan beberapa hari kemudian diserahkan kembali oleh dr Sugiri ke pihak Inggris, disaksikan oleh Bheromall, seorang warga India, pembantu dan masih keluarga Kundan.
Yang kita ketahui adalah bahwa tanggal 31 Oktober 1945, sehari setelah insiden di muka Gedung Internatio itu kita temukan kembali di dalam mobil yang telah dinaiki oleh Jenderal Mallaby sebuah arloji tangan Mallaby. Dalam salah satu sidang Kontakbiro tanggal 7 November maka arloji tangan ini kita kembalikan. Dan esok harinya pada tanggal 8 November mayat Jenderal Mallaby diserahkan kembali dr Sugiri seperti yang saya ceritakan di atas dari keterangan Kundan.
Baik “War Diary” Brigade ke-49, maupun arsip Divisi-5 tentara Inggris yang baru-baru ini dapat saya pelajari di London, mengemukakan tanggal-tanggal tersebut di atas sebagai hari-hari di mana terjadi penyerahan jam tangan dan mayat Mallaby. Menurut “War Diary” Brigade ke-49, maka hari Kamis tanggal 8 November itu juga mayat Jenderal Mallaby dikebumikan di dekat lapangan terbang Tanjung Perak (by the side of the airfield). Dicatat juga dalam “War Diary” tersebut, bahwa “Vice Admiral Patterson and Major General Mansergh were the senior officers present at funeral”, bahwa yang hadir pada waktu upacara pemakaman inilah Laksamana Muda Angkatan Laut Inggris Patterson dan Mayjen Mansergh.
Menurut Kundan, maka makam Jenderal Mallaby ini kemudian dipindahkan dari Morokrembangan ke “eereved” Kembang Kuning. Menurut catatan dari “De Nederlandse Gravendienst in Zuid-West-Pacific” tahun 1951 di Amsterdam, maka makam Jenderal Mallaby terdaftar di “Kembang Kuning Dutch War Cementery British Commenwealth Section”, dalam daftar urutan No. 46, dengan nomor keterangan 630, di barisan “plot-row” 2-A, nomor-makam 13. Mayat ini kemudian dipindah lagi, dan kini saya pada akhir bulan Agustus 1973 menjumpainya di “War Cementery” di Menteng Pulo, Jakarta. Di barisan (“grove kocation)” V.G.2, maka berada batu nisan dengan nama:
Brigadier A.W.S Mallaby, CIE, OBE
2 nd Punjab Regiment
30th October 1945, age 45
“more brave for this that he hath much to love”
Dalam pada itu berita-berita yang telah sampai kepada kita menunjukkan, bahwa sejak beberapa hari Inggris mendaratkan pasukan-pasukan baru. Sewaktu saya bersama-sama dengan Kustur dan Murdianto melaporkan hal ini kepada Pak Surio dan Pak Dirman, maka mereka minta supaya hal ini diteruskan saja kepada Bung Amir Sjarifuddin, Menteri Penerangan kita, yang sejak tanggal 5 November itu berada kembali di Surabaya. Sewaktu kita bertiga melaporkan hal ini di serambi muka rumah Gubernuran di Simpang, maka Bung Amir agak marah kepada kita. Beliau meminta dengan sangat kepada kita jangan sampai kita terjebak oleh berita-berita provokasi. Tidak mungkin benar berita-berita itu, sebab Inggris tentu akan memberitahu lebih dulu kepada Pemerintah Pusat apabila mereka hendak mendaratkan pasukan-pasukan baru di Surabaya. Rupanya siasat Inggris adalah untuk mengelabui mata Pemerintah Pusat kita, dan kelihatannya berhasil menidurkan kewaspadaan Bung Amir. Lagi pula Bung Amir dating di Surabaya untuk keperluan lain; yaitu mempersiapkan Kongrtes Pemuda seluruh Indonesia yang untuk pertama kalinya setelah Proklamasi Kemerdekaan akan diadakan di Yogyakarta, pada tanggal 10 November 1945, dan untuk memperkokoh basisnya dengan pimpinan PRI (Pemuda Republik Indonesia) guna merintis pembentukan Pemuda Sosialis Indonesia atau Pesindo. Karena itu Bung Amir Nampak kurang mencurahkan perhatiannya kepada masalah berita-berita pendaratan baru dari tentara Inggris itu.
Sidang-sidang Kontakbiro berjalan terus. Nampak pihak Inggris ingin mempercepat evakuasi kaum interniran; sedang penarikan mundur tentaranya selalu diperlambat. Sekalipun demikian maka melalui Kontakbiro pada tanggal 2 dan 3 November telah dapat diangkut dari daerah Darmo ke daerah pelabuhan sejumlah 4.000 lebih kaum interniran. Hari-hari berikutnya diangkut pula 1.000 lebih dan menjelang tanggal 9November ada lagi 2.500 yang diungsikan ke daerah pelabuhan. Jelas sekali bahwa tidak benar kalau kita memperlambat pengungsian kaum interniran.
Hari Rabu tanggal 7 November 1945, saya terima telepon dari Wing Commander Groom, yang sejak beberapa waktu mengganti Kapten Shaw. Groom mengatakan bahwa pihak Inggris ingin mengundang Pak Surio dan lain-lain pemimpin Indonesia serta anggotanya-anggota Kontakbiro untuk dating ke Jalan Jakarta; katanya untuk diperkenalkan kepada pengganti Jenderal Mallaby, yaitu Jenderal Masergh. Karena soal ini kita anggap penting, maka kita semua lengkap sekitar pukul 11.30 siang dengan deretan mobil menuju ke Jl Jakarta. Kolonel Pugh dan Wing Commander Groom menerima kita di ruang siding. Kemudian masuk seorang Jenderal Inggris, berbadan besar, tegap dan mengapit tongkat komando di tangan kiri. Segera setelah berjabat tangan dengan kita semua, kita dipersilakan duduk. Jenderal Mansergh kemudian mengeluarkan sepucuk surat dari sakunya, dan meminta kepada Kundan untuk menerjemahkan apa yang beliau akan baca. Dan mulailah beliau: “My name is Major general Mansergh. I am a commander of the Allied Firces, East Java, and the representative of the Commander-in-chief, Allied Forces, Netherlands East-Indies…”
Saya akan terjemahkan saja keseluruhan isi surat yang dibaca oleh Jenderal Mansergh itu di hadapan kami.
- Nama saya adalah mayor Jenderal B.C Mansergh OBE, MC. Saya adalah Komandan Tentara Sekutu Jawa Timur, dan mewakili Panglima Tentara Sekutu Hindia-Belanda.
- Kehadiran saya di sini adalah untuk:
- Mengungsikan tahanan-tahanan perang Sekutu dan kaum interniran Sekutu atau warga Negara lain yang ingin pulang ke negerinya seperti Swiss, India, dan lain-lain.
- Melucuti senjata orang-orang Jepang dan mengungsikan mereka
- Dunia sepenuhnya menyadari bahwa Sekutu mempunyai kapal-kapal serta organisasi di Surabaya yang diperlukan dan berkeinginan untuk membantu semua orang asing dalam pengungsian tersebut.
Mereka selanjutnya, mengetahui bahwa jika pada orang asing tersebut sampai tidak diizikan mengungsi dan pulang, maka tanggung jwab sepenuhnya ada pada seluruh bangsa Indonesia.
Saya tahu bahwa ada orang-orang India, Swiss dan lain-lain warga Negara yang menginginkan pulang ke negaranya masing-masing. Saya telah siap untuk mengangkut mereka, tetapi orang-orang Indonesialah yang memperlambat soal ini.
- Juga telah diinsyafi sepenuhnya oleh seluruh dunia, bahwa orang-orang yang tidak bertanggungjawab dibiarkan membawa senjata, dibiarkan merampok, melakukan pengkhianatan dan pembunuhan terhadap wanita-wanita dan anak-anak yang tidak bersenjata dan melakukan lain-lain tindakan keganasan yang sangat biadab.
- Hal ini terjadi sekalipun di Surabaya sudah ada formasi kepolisian bersenjata di bawah pimpinan Indonesia telah diakui Sekutu. Akan tetapi Tuan ternyata tidak dapat menguasainya, Tuan mempunyai sarana, akan tetapi tidak dapat menyelenggarakan ketertiban umum. Seluruh dunia tahu tentang hal ini dan tahu juga tentang tindakan-tindakan keganasan yang telah dilakukan.
- Saya perlu memberitahukan kepada Tuan, bahwa semua itu merupakan tanggung jawab Tuan, beserta anak buah Tuan, yaitu menyelenggarakan ketertiban umum, pula bahwa segala jaminan dan janji Tuan benar-benar harus dilaksanakan.
Dalam hubungan ini telah disetujui, bahwa beberapa daerah kota Surabaya akan digunakan hanya oleh Tentara Sekutu atau oleh pihak Indonesia, dengan tujuan menghindari pertempuran- pertempuran. Pihak Tuan telah melanggar janjinya. Pada waktu ini tank-tank dan tentara Indonesia telah berada di lapangan udara dan mengambil posisi. (Yang dimaksud di sini adalah terbang Morokrembangan), sesuai dengan janji Tuan, maka tank-tank dan tentara itu harus ditarik mundur hari ini.
Saya akan mengambil alih tanggung jawab di daerah lapangan terbang itu dan akan mendudukinya hari ini dimulai pada pukul 14.00. Adapun akan menjadi tanggungjawab Tuan, jika terjadi insiden-insiden.
- Wakil-wakil Tuan berkali-kali telah menjanjikan untuk menjamin kembalinya semua yang luka-luka dari tentara Sekutu, tahanan-tahanan, peralatan, truk-truk dan sebagainya. Sampai sekarang janji-janji itu lambat pelaksanaannya dan banyak hal lain yang sama sekali diabaikan. Saya hendak menekankan bahwa semua kegagalan Tuan itu saya anggap karena Tuan jelas-jelas tidak mampu atau tidak mau memenuhi perjanjian-perjanjian dan jaminan-jaminan yang telah disepakati; dan bahwa Sekutu beserta seluruh dunia telah mengetahui tentang kegagalan Tuan itu.
- Saya sekarang minta supaya diatur lebih lanjut mengenai evakuasi warga Negara asing yang ingin dipulangkan, dan supaya semua tentara Sekutu yang luka-luka dan hilang, truk-truk, peralatan dan sebagainya dengan segera dikembalikan.”
Demikianlah isi surat Jenderal Marsergh dibacakan oleh beliau sendiri di hadapan kita semua. Surat ini bernomor G-5 12-1, semula tertanggal tik-tikan 3 November 1945, kemudian dicoret dengan tinta dan diganti menjadi 7 November 1945! Selesai membaca surat tersebut dan selesai terjemahannya oleh Kundan, maka beliau duduk kembali. Banyak benar kebohongan dalam surat itu. Dan congkak benar tampang Jenderal Mansergh ini. Kita sekalian tercengang.
— Cak Roeslan Abdulgani, pelaku sejarah
(dicuplik dari buku Seratus Hari di Surabaya)