Palung terdalam bukan ada di dasar samudera, tetapi ada di hati wanita. Dalamnya setiap wanita tak sama, juga tak terduga.
Surabayastory.com – Ini adalah sebuah cerita inspiratif. Mungkin bisa menjadi refleksi hidup Anda di siang hari ini. Atau bisa sebagai bahan merenung di akhir pekan nanti. Selamat membaca, selamat mendapatkan renungan baru, bacalah dengan santai.
*****
SUATU hari, Sultan Akbar sedang berdiskusi dengan Birbal dan sejumlah pembantunya di istana. Dalam kesempatan itu, Birbal tanpa sengaja melontarkan komentar yang biasa-biasa saja tentang rasa humor. Tapi, kala itu Sultan Akbar sedang dalam suasana hati tak enak. Tak pelak, celetukan Birbal itu membuatnya jadi tersinggung.
Akbar lalu memerintahkan Birbal –si badut istana, teman sekaligus orang kepercayaannya– untuk tidak hanya meninggalkan istana tetapi juga keluar dari tembok kota Agra.
Birbal merasa sangat jengkel karena merasa dibuang. Beberapa hari kemudian, Akbar mulai merasa kehilangan sahabatnya. Dia menyesali keputusannya mengusir Birbal dari istana. Dia tidak bisa menjalankan pemerintahan tanpa Birbal. Ia juga merasa bersedih karena tidak lagi ada orang yang bisa menghiburnya.
Maka, Sultan Akbar mengutus sejumlah hulubalang mencari Birbal dan kawan-kawan. Tapi, Birbal telah meninggalkan kota begitu saja tanpa ada orang lain yang tahu ke mana tujuannya. Para hulubalang sudah mencari di tempat tinggi dan tempat rendah tetapi tak juga menemukannya.
Suatu hari, istana Sultan Akbar dikunjungi seorang wali yang bijaksana. Wali itu berambut panjang, berjenggot lebat, dan matanya berkilat-kilat. Dua orang murid, yang mendampingi wali itu, menyatakan guru mereka adalah orang suci paling bijaksana yang masih hidup di permukaan bumi ini.
Karena kala itu Akbar merasa sangat kehilangan Birbal, maka ia berpikir ada baiknya untuk memiliki orang bijak yang bisa menemaninya. Meski demikian, ia memutuskan untuk pertama-tama menguji kebijaksanaan orang suci itu.
Keesokan harinya, si wali bersama dua muridnya datang ke istana. Ketika bertemu, Sultan Akbar berkata
pada wali itu; karena dia orang paling bijaksana di permukaan bumi maka ia harus diuji dulu. Semua menteri akan mengajukan pertanyaan. Jika jawabannya sangat memuaskan, maka ia akan diangkat menjadi menteri menggantikan Birbal. Jika tidak bisa, maka ia akan dipenggal.
Wali itu menjawab, ia tidak pernah menyatakan dirinya sendiri sebagai orang paling bijaksana di bumi meski orang lain berpikir begitu. Ia juga mengaku tidak ingin pamer kepandaian, tetapi akan sangat senang menjawab pertanyaan. Karena itu, ia siap untuk diuji.
Salah satu menteri, yakni Raja Todarmal, mulai mengajukan pertanyaan. Dia bertanya, “Siapa sahabat terbaik bagi manusia di bumi ini?” Untuk pertanyaan itu, si wali menjawab, “Perasaan baiknya sendiri.”
Menteri lainnya, yang bernama Faizi, bertanya apa hal yang paling unggul di dunia ini. Si Wali menjawabnya, “Pengetahuan.”
Hati Wanita itu…
Menteri lain, bernama Abdul Fazal, bertanya, “Mana palung terdalam di bumi ini?”Jawaban si wali adalah, “Hati wanita.” Ia melanjutkan,”Dalamnya selalu tak sama, dan tak seorang pun bisa menebaknya. Hati wanita adalah misteri terbesar dalam kehidupan ini.”
Siapakah yang bisa mengendalikannya?
“Siapa saja yang bisa menyentuhnya dengan lembut dan bisa menyenangkannya,” tambahnya.
“Apa yang tidak dapat kembali setelah hilang?” tanyakan petinggi lain di istana, dan jawabannya adalah;
“Hidup dan kehidupan.”
“Apa yang tidak pernah mati dalam musik?” tanya musisi istana yang bernama Tansen.
Sang wali bijaksana menjawab, “Not.” Tansen bertanya lagi, “Suara apa yang paling manis dan paling merdu pada malam hari?”
Jawabannya, “Suara-suara doa dan pujian pada Tuhan.”
Maharaj Mansingh dari Jaipur, yang kebetulan menjadi tamu di istana, bertanya, “Perjalanan apa yang lebih cepat daripada angin?”
Sang wali menjawab, “Pikiran manusia.”
Mansingh bertanya lagi, “Apa yang paling manis di permukaan bumi?” Sang wali menjawab, “Senyum bayi.”
Sultan Akbar dan semua orang di istananya sangat terkesan dengan jawaban-jawaban itu. Tapi kini giliran Sultan Akbar menguji sendiri orang suci itu.
Pertama, Sultan Akbar bertanya, “Apa yang menjadi persyaratan untuk memerintah negara.” Sang wali menjawab, “Kepintaran.” Lalu, Akbar bertanya apa musuh paling berat dari seorang raja. Sang wali menjawab, “Keegoisan.”
Sultan merasa senang atas semua jawaban itu, dan memberikan kursi kehormatan pada sang wali. Namun, sebelum menyerahkan kursi, Sultan Akbar ingin bertanya lagi pada si wali; “Apakah kau bisa melakukan suatu mukjizat?”
Tentang pertanyaan itu, sang wali mengatakan, “Hamba bisa menghadirkan siapa saja yang Paduka inginkan.”
Akbar sangat senang, dan segera meminta wali itu untuk mendatangkan menteri dan sahabat yang bernama Birbal. “Saya sangat merindukan Birbal,” kata Sultan Akbar.
Untuk permintaan itu, si wali yang suci ini tidak memanggil siapa-siapa. Ia hanya melepas jenggot dan rambut palsunya. Aksinya itu sangat mengejutkan para pejabat. Bahkan, Sultan Akbar tertegun dan tidak bisa percaya matanya. “Birbal….,” Sultan Akbar langsung turun untuk merangkul orang suci itu.
Air mata berlinang dari mata Akbar saat ia mengaku sebenarnya sudah mencurigai wali itu adalah Birbal. Karena itu, Akbar bertanya pada orang suci itu apakah dia bisa melakukan mukjizat. – nan