Wacana membangun alu lintas sungai di Surabaya kembali mengemuka. Sebenarnya, itui sudah ada sejak lama, yang lama juga hilang.
Surabayastory.com – Bila ada yang mengutarakan wacana tentang lalu lintas sungai di Surabaya adalah terobosan dan sesuatu yang baru, mungkin perlu membaca kembali sejarah perkembangan kota Surabaya. Kota ini, yang berdiri sejak 726 tahun lalu ini (31 Mei 1293 diperingati sebagai hari jadi), sudah sejak dulu kala mengenal dan memanfaatkan sungai sebagai jalur lalu lintas. Surabaya berada di pesisir utara Jawa Timur.
Bila menilik jejaknya, Surabaya pada mulanya adalah kawasan perkampungan di pinggiran sungai. Di zaman dulu, pantai dan pelabuhan menjadi kawasan penting. Perpindahan manusia dan komoditas berlangsung dari suatu daerah yang jauh, bertukar dengan wilayah Surabaya. Dari aliran-aliran sungai pula, orang-orang di pedalaman Jawa Timur, menuju pelabuhan Surabaya untuk bertukar kebutuhan hidup. Ini terjadi sejak tahun 1612 ketika pelabuhan Surabaya telah menjadi bandar perdagangan yang ramai. Dari sana terlihat Kali Mas yang membelah kota Surabaya sudah menunjukkan perannya yang besar. Menjadi penghubung dari banyak pelosok menuju Bandar Surabaya.
Betapa pentingnya sungai (kali) membuat banyak tempat yang bernama “kali” di dalam kota Surabaya. Ini juga menjelaskan banyaknya aliran sungai, anak sungai, atau aliran air lainnya. Bila diteliti, di tahun 2019 ini, ada 18 lokasi yang memakai kata “kali”.
Dari nama-nama dengan mengandung kata”kali” dipastikan di sana ada aliran air. Sebagai kawasan yang berada di pinggir laut serta berada di aliran sungai Brantas, sangat mungkin banyak aliran air di dalam kota ini.
Kembali ke masa kini. Memang benar, kemacetan yang terjadi di Surabaya sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan. Banyak penyebabnya. Utamanya adalah armada yang kurang memadai. Prasarana juga kurang mencukupi. Namun yang diyakini sebagai penyumbang utama adalah transportasi massal di Surabaya yang tak juga jadi pilihan utama. Minat pengguna angkutan umum yang rendah. Kendaraan pribadi terlalu banyak menyesaki jalanan.
Lahirnya Bus Suroboyo yang diminati, membuktikan sebenarnya masyarakat Surabaya tak anti angkutan massal. Masalahnya, angkutan massal yang sesuai dengan harapan tak banyak tersedia. Sementara rencana membangun trem sudah putus di tengah jalan.
Kembali ke Sungai
Setelah di darat, ada keinginan akan menghidupkan kembali aliran sungai sebagai jalur lalu lintas di Surabaya. Gagasan transportasi sungai sebenarnya sudah bukan barang baru. Sudah lama terdengar, dikaji, namun eksekusinya tak pernah tuntas terlihat. Gagasan ini sudah lama diyakini bisa menjadi solusi. Sebuah pilihan laju gerak manusia di kota ini. Dengan lalu lintas sungai maka beban jalan raya bisa terkurangi. Eksesnya tingkat polusi juga akan turun, dan bahan bakar yang terbuang karena kemacetan juga bisa dihemat.
Di dunia, sistem transportasi sungai adalah salah satu bentuk sistem angkutan yang tua dan hingga sekarang masih banyak dipakai. Di Eropa, di wilayah-wilayah tertentu justru menjadi tulang punggung transportasi wilayahnya.
Transportasi air yang memanfaatkan sungai adalah angkutan yang paling murah. Tidak perlu membangun jalur transportasi karena sungai sudah tersedia. Tinggal merawat dan membersihkannya. Yang dibutuhkan adalah penyiapan sarananya. Jaringan infrastuktur yang perlu dipersiapkan adalah jalur lalu lintasnya, titik pemberhentian, dan halte-halte untuk naik-turun penumpang. Sarana lain yang harus dilengkapi adalah faktor keamanan, penyelamatan, serta rambu. Bila ini sudah berjalan, nantinya bisa diintegrasikan pula dengan titik-titik koneksi dengan angkutan dalam kota lainnya, seperti stasiun, terminal, stasiun dan bandara.
Surabaya punya potensi besar untuk memulai transportasi sungai. Surabaya mempunyai aliran sungai yang relatif tidak terlalu deras dan mempunyai sedimen drainase yang tenang. Di jalur Kali Mas yang membelah tengah kota Surabaya, sangat efektif untuk dijadikan lalu lintas air. Titik anatara wilayah Ngagel hingga Pemuda (belakang Grahadi) dinilai paling efektif untuk dipakai.
Jalur lalu lintas air akan sangat mendukung pola transportasi yang dikembangkan Surabaya. Masalah utama di Surabaya adalah beban lalu lintas yang sangat besar dari selatan ke utara. Jalur yang membelah kota Surabaya ini adalah urat nadi transportasi kota. Selanjutnya, dengan berkembangnya Surabaya Barat, dan kini Surabaya Timur, urat nadi Barat-Timur juga perlahan mulai menunjukkan masalah di kemudian hari.
Untuk memulai lalu lintas air di Surabaya memang tidak mudah. Jalur transportasi sungai sudah lama ditinggalkan. Banyak jalur menuju sungai yang sudah tertutup. Bangunan juga tidak lagi banyak yang menghadap sungai, atau punya akses ke sungai.
Angkutan umum sungai sangat penting untuk mendukung aktivitas masyarakat. Sebagai bagian sistem transportasi untuk menunjang aktivitas sehari-hari dan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan kota. Ke depan, di Surabaya lalu lintas sungai harus terintegrasi dengan pusat-pusat aktivitas masyarakat kota dan moda transportasi umum lainnya.
Kota Surabaya sebagai kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia terus menghadapi tekanan akan permasalahan angkutan umum. Mengemukanya gagasan menghidupkan kembali lalu lintas sungai perlu segera ditindak lanjuti bila memang sesuai dengan rencana pengembangan transportasi di kota ini. Bukan lagi hanya seperti semprotan parfum, harus sesaat kemudian menghablur tak jelas arahnya. –sa