Jalaluddin Rumi mengekspresikan bahasa cinta. Tersurat lewat manusia dan semesta, tersirat hingga Sang Pencipta. Rumi memberi pemahaman atas dunia lewat cinta, dan Tuhan adalah satu-satunya tujuan.

Surabayastory.com – Manusia secara kodrati, akan selalu mencari ketenangan dan kedamaian. Putaran dunia yang dinamis, berbalur dengan ego dan nafsu manusia, kemudian menghasilkan benturan-benturan tak lazim dan menghasilkan tak keteraturan. Kemudian lahir murka dan angkara. Di manakah kedamaian yang diidam-idamkan manusia? Sementara dirinya sendiri yang membuat kegaduhan di dunia?
Di sanalah kemudian Jalaluddin Rumi ada, setia berada dalam keteladanan inspiratif dalam menjaga harmoni semesta. Rumi bak air bening tempat berkaca. Mengajak kita berpikir, ‘terbang tinggi’ lalu kembali menghunjam pada hati nurani, pada jiwa manusia. Jika kita sudah lelah dengan dunia, bisa juga kita menceburi air bening itu, lalu tenggelam di sana merasakan kedamaiannya.
Jalaluddin Rumi mengantarkan kita pada satu titik yang berpusat pada jiwa manusia. Karya-karya Rumi menyajikan tuntunan praktis dalam pelbagai tingkatan kecerdasan spiritual. Rumi menghadirkan kesejukan itu melalui puisi-sajak-syair. Puisi dan tafsir mistiknya terus dibaca dan digemakan oleh orang-orang yang secara sengaja melepaskan diri dari kemapanan dan mencari hidup yang lebih bermakna. Syair-syairnya mengguncang. Para pembacanya dengan hikmat mengurai dan menyerap setiap intisari dalam untaian sajaknya.
Dalam syair-sajak-puisi yang banyak dimaknai sebagai ajaran, Rumi mengajarkan bahwa ekstase cinta adalah bagian terpenting untuk mencapai kedekatan Tuhan dan semesta.
Dari Timur Hingga Barat
Rumi begitu masyur di banyak negeri, di dunia Timur maupun Barat. Karya-karya utamanya dinilai sebagai sumbangan besar pada khazanah literasi dunia. Beberapa buku luar biasa Rumi adalah Matsnawi-i-Ma’anawi (Couplets of Inner Meaning); Percakapan informalnya (Fihi ma Fihi), surat-surat (Maktubat), Diwan dan hagiografi Manaqib al-Arifin.
Tulisan-tulisan Rumi banyak bertema meditasi yang dapat diambil sebagai aforisme dan deklarasi dogma, atau sepotong nasihat guru. Dalam siratan karyanya Rumi memberi banyak pelajaran yang dapat dijadikan pijakan untuk generasi sekarang yang mulai tergerus rasa cinta kasih pada semesta dan Sang Pencipta.
Jalaluddin Rumi sangat akrab bagi setiap orang yang bersentuhan dengan mistisisme Timur, khususnya tasawuf. Rumi dipercaya sebagai salah satu guru Sufi (guru tasawuf) yang paling terkenal dan karyanya paling banyak diterjemahkan sepanjang masa. Karyanya juga sangat terkenal di dunia Barat (Eropa dan Amerika).
Para pembaca karya Rumi, secara perlahan akan mengagumi kedalaman makna yang disajikan, tertulis maupun tersirat. Syairnya juga bisa menyentuh segala golongan dan segala usia. Para peneliti karya Rumi, “sang maulana” digambarkan sebagai penyair mistik terbesar dari segala usia. Ssebagai Maulana (Guru Kami), Rumi adalah sosok yang luar biasa di antara para guru Sufi. Karya Rumu laksana suara harmonis yang patut untuk dibaca, dilagukan, didengar dan dihayati. Dari kata-katanya, teruntai sajak peneduh jiwa.
Salah seorang sufi yang terkenal namanya sampai saat ini, syair syairnya sangat indah. Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta hakikat kehidupan. Dengan cinta, menurutnya, kita akan memahami kehidupan dan sampai kepada Sang Pencipta.
Coba kita resapi syairnya berikut ini:
Manusia ibarat suatu pesanggrahan. Setiap pagi selalu saja ada tamu baru yang datang: kegembiraan, kesedihan, ataupun keburukan; lalu kesadaran sesaat datang sebagai suatu pengunjung yang tak diduga. Sambut dan hibur mereka semua, sekalipun mereka semua hanya membawa dukacita.
Sambut dan hibur mereka semua, sekalipun mereka semua dengan kasar menyapu dan mengosongkan isi rumahmu. Perlakukan setiap tamu dengan hormat, sebab mereka semua mungkin adalah para utusan Tuhan yang akan mengisi rumahmu dengan beberapa kesenangan baru.
Jika kau bertemu dengan pikiran yang gelap, atau kedengkian, atau beberapa prasangka yang memalukan, maka tertawalah bersama mereka dan undanglah mereka masuk ke dalam rumahmu. Berterimakasihlah untuk setiap tamu yang datang ke rumahmu, sebab mereka telah dikirim oleh-Nya sebagai pemandumu.
–sa