ADVERTISEMENT
Sabtu, Mei 24, 2025
Surabayastory.com
No Result
View All Result
  • HEADLINE
  • SURABAYA TODAY
    • SKETSA KOTA
  • CERITA KITA
  • RANA
  • FIKSI & PUISI
  • INSPIRASI PAGI
  • JEJAK
  • JENAKA
  • JELAJAH
  • LENSA
  • Login
  • Register
  • HEADLINE
  • SURABAYA TODAY
    • SKETSA KOTA
  • CERITA KITA
  • RANA
  • FIKSI & PUISI
  • INSPIRASI PAGI
  • JEJAK
  • JENAKA
  • JELAJAH
  • LENSA
No Result
View All Result
Surabayastory.com
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT

Ludruk Surabaya, Dicari dengan Setengah Hati

by surabayastory
31 Januari 2019
in Sketsa Kota
Reading Time: 3 mins read
0
A A

Ludruk Surabaya dirindukan sekaligus terpinggirkan. Bagaimana nasibnya 20 tahun lagi?

 

Salah satu pementasan ludruk di Surabaya. (iramabudayablogspot)

 

ArtikelTerkait

19 – 24 Agustus 2024, Gebyar UMKM dan Live Music di Surabaya Expo Center

Hari ini Surabaya Cerah Berawan. Potensi Hujan Ringan

“Awasi Boyo” Pengawas dan Teman Baru Koperasi Surabaya

Surabayastory.com – Kesenian tradisional di kota besar bak buah mengkudu di atas meja. Di satu sisi diyakini bisa menjadi penyembuh, di sisi lain tak banyak yang suka meski kaya manfaat. Kesenian tradisional pun membiaskan ironi seperti ini. Siapapun akan marah dan meniupkan jiwa nasionalisme ketika kesenian tradisional dimainkan negara lain, namun ketika tertidur di negeri sendiri tak ada yang peduli.

Akhir-akhir ini, paling tidak dalam satu bulan terakhir ini, beberapa pementasan ludruk di gedung kesenian terselenggara. Bentuknya dalam beberapa versi; modern, milenial, campuran, serta beberapa varian yang lain. Penontonnya ramai, seluruh kursi penuh. Sangat berbeda dengan pementasan ludruk versi aslinya di tempat aslinya di gedung ‘ala kadarnya’. Pertanyaannya adalah: apakah ludruk memang masih digemari dan dicari? Atau cuma sekadar romantika dan latar selfie bagi anak muda milenial?

Kita mendengar, ludruk sering didengungkan sebagai kesenian daerah Surabaya/ Jawa Timur yang harus dilestarikan. Banyak usul, banyak wacana. Namun hingga sekarang tak pernah ada yang tuntas. Semua berjalan hanya setengah jalan, bahkan ada yang berhenti setelah pembukaan program saja. ‘Revitalisasi’ ludruk berjalan setengah hati.

Sejak 10 atau 20 tahun lalu, gerakan untuk mengaktifkan ludruk kembali sebagai kesenian khas daerah terjadi berulang kali. Mulai dari gedung asli di Pulo Wonokromo hingga kompleks THR. Namun semuanya perlahan luntur seperti warna stempel yang nempel di celana. Siapakah yang peduli sebenarnya?

 

Mengenal Ludruk

Di kota Surabaya, kita mengenal adanya ludruk Surabaya. Kalau tidak kenal, paling tidak pernah mendengar kesenian tersebut. Ludruk sebenarnya bukan lahir di Surabaya. Kesenian rakyat ini konon bermula dari Desa Ceweng, Kecamatan Gudo, Jombang. Sebagai teater rakyat, ludruk menceritakan tentang jagoan, kepahlawanan yang dibawakan dengan remo, tembang, dan banyolan. Di sana ada kisah satir, guyonan parikeno, serta mengubah kepahitan kenyataan hidup menjadi humor yang menghibur.

Di Surabaya, ludruk masih tetap bertahan walaupun tak semeriah 20 tahun lalu. Jumlah pengunjung yang biasanya menonton terus menurun. Penghasilan yang rendah membuat para pemain mencari pekerjaan lain seperti membuka warung, kerja serabutan, tenaga tata rias, dll.

 

Tari Remo menjadi salah satu pakem ludruk yang terus dipertahankan untuk menjaga keasliannya. (iramabudayablogspot)

 

Ludruk dengan pakem (urutan dan tema) yang sama sejak 50 tahun lalu, dinilai telah menggerus komunitas penonton. Para penggemar sejak puluhan tahun lalu kemudian bertambah tua dan tidak digantikan oleh generasi berikutnya. Generasi saat ini cenderung asing dengan bentuk dan komunitas ludruk yang ternyata berbeda dengan kondisi saat ini.

Perkembangan masyarakat saat ini, diakui atau tidak memang berpengaruh pada keberadaan kesenian ludruk. Di masa lalu, masyarakat memilih ludruk sebagai satu di antara hiburan di tengah kepenatan selepas bekerja sehari-hari. Ketika sore menjelang malam, tak ada yang mereka kerjakan, lalu menghibur diri dengan menonton ludruk. Hiburan lain belum ada. Akibatnya penonton selalu penuh, dan membentuk banyak komunitas pecinta ludruk.

Perkembangan zaman dengan munculnya banyak tempat hiburan dan rekreasi, tak direspon oleh ludruk dan komunitasnya. Tak ada pula tangan yang bisa menyambungkannya dengan perubahan zaman itu. Hasilnya bisa ditebak, jika tak mau berubah bisa punah. Adagium tak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri pun berlaku.

Akhirnya, ludruk perlahan tinggal penyisakan komunitas penontonnya dulu yang tersisa. Tak ada perubahan signifikan, tak ada penambahan komunitas penonton baru yang besar. Para pemain juga terus menua tanpa regenerasi. Bagaimana orang muda bisa total bermain ludruk bila tak bisa menjadi sandaran hidup? Ludruk hidup segan mati tak mau. Ketika mati ditangisi, ketika masih hidup tak ada yang peduli.

 

Kebudayaan adalah Kehidupan

Tak ada yang perlu disalahkan. Karena sejatinya kesenian adalah bagian dari kehidupan kita. Jadi ludruk adalah tanggung jawab bersama masyarakat Surabaya, bagaimana menghadirkan ludruk sebagai tontonan sekaligus bagian dari ciri khas kota Surabaya.

Untuk mengadaptasi perubahan zaman, pementasan ludruk bisa saja tidak selengkap pertunjukan yang digelar di masa-masa lalu, namun paling tidak tetap memiliki pakem-pakem yang terus dipertahankan dalam setiap pertunjukannya. Pakem-pakem ini  menjadi bagian penting pertunjukan seni ludruk agar tetap bisa menjaga alur serta hakikatnya sebagai kesenian rakyat.

Bagaimana dengan pemerintah? Tentu saja peran pemerintah sangat diperlukan untuk tetap melestarikan budaya khas Jawa Timur ini. Ludruk yang menjadi bagian dari kesenian rakyat dan kebudayaan tentu pemerintah punya tanggungjawab besar. Tak ada kebudayaan yang bisa bertahan dengan sendirinya. Berbeda dengan kesenian pop yang terus mengikuti zaman tanpa harus membawa hakikat kehidupan di setiap zaman.

Ludruk semakin terpinggirkan di kotanya sendiri. Seniman-seniman ludruk seperti Cak Markeso, Cak Kartolo, Cak Basman, Cak Kancil, dan Cak Sapari semakin dilupakan. Ludruk menjadi kesenian langka di tengah-tengah kota Surabaya yang dulu membuatnya besar dan melegenda.

Banyak upaya yang bisa dilakukan untuk membuat ludruk kembali lestari. Namun bila dilakukan dengan setengah hati, ludruk hanya bisa tinggal cerita yang ditangisi. –sa

 

 

 

Bagikan tulisan ini:
Tags: ironi ludrukLudrukludruk Surabayamenghidupkan ludruk Surabaya
Previous Post

Semangat dan Gerak dalam Dinamika Ikon Suro-Boyo

Next Post

Melanggar Rambu Putar Balik di Jalanan Surabaya

Artikel Terkait

Surabaya Expo Center akan menjadi destinasi wisata baru kota Surabaya sekaligus memberi ruang untuk UMKM serta lahan konser yang terbuka. (bangga surabaya)
Headline

19 – 24 Agustus 2024, Gebyar UMKM dan Live Music di Surabaya Expo Center

9 bulan ago
Cuaca dan suhu udara kota Surabaya hari ini cerah, berawan, dan berpotensi hujan di beberapa tempat. (BMKG)
Sketsa Kota

Hari ini Surabaya Cerah Berawan. Potensi Hujan Ringan

9 bulan ago
Prosesi peluncuran aplikasi "Awasi Boyo" di Balai Kota Surabaya. (kominfo pemprov)
Sketsa Kota

“Awasi Boyo” Pengawas dan Teman Baru Koperasi Surabaya

10 bulan ago
Fantasi menjadi kajian psikoanalisis penting meski oleh Sigmund Freud ditemukan dengan cara yang tak sadar. (rafy-a.com)
Headline

Kajian Psikoanalisis tentang Fantasi dan Fungsinya

4 tahun ago
Jalaluddin Rumi mengekspresikannya tulisannya dalam bahasa cinta yang syarat makna. Sajak, puisi, syair, dengan pendekatan cinta dan humanisme. (surabayastory.com)
Headline

Pengantar Singkat Karya dan Perjalanan Spiritual Jalaluddin Rumi

4 tahun ago
Warna merah selalu mencuri perhatian. Psikologi merah sangat kuat. (qz)
Headline

Makna Warna Merah di Bulan Februari

4 tahun ago
Next Post
Melanggar rambu dilarang putar balik seakan telah menjadi kebiasaan. Ini potret menerabas larangan putar balik di Jl Dharmawangsa, Surabaya. (sa)

Melanggar Rambu Putar Balik di Jalanan Surabaya

Hari Libur dan Hari-hari Penting di Februari 2019

Aksi Melanggar Sepeda Motor di Persimpangan Surabaya

Comments 4

  1. Otelia Kopiasz says:
    3 bulan ago

    he blog was how do i say it… relevant, finally something that helped me. Thanks

    Balas
  2. Genoveva says:
    2 bulan ago

    Hi there! Do you know if they make any plugins to assist with Search Engine Optimization? I’m trying to get
    my blog to rank for some targeted keywords but
    I’m not seeing very good results. If you know of any please
    share. Thanks! I saw similar text here: Coaching

    Balas
  3. Kip says:
    2 bulan ago

    I am extremely impressed along with your writing skills and also with the format on your blog. Is that this a paid topic or did you modify it your self? Either way keep up the nice quality writing, it’s uncommon to look a great weblog like this one these days. I like surabayastory.com ! It is my: Beacons AI

    Balas
  4. Lila says:
    2 bulan ago

    I am extremely inspired with your writing abilities as smartly as with the layout in your blog. Is this a paid topic or did you modify it your self? Anyway stay up the excellent high quality writing, it’s rare to see a great weblog like this one today. I like surabayastory.com ! My is: TikTok Algorithm

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BERITA POPULER

  • Inilah Sistem Pencernaan Manusia yang Hebat  (info visual)

    Mengenal Sistem Pencernaan Manusia yang Hebat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cara Belajar Membaca Not Angka dan Tangga Nada

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sampah Kulit Kerang di Kenjeran Surabaya yang Tak Terselesaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jamu Jawa, Tradisi Penyembuhan Nenek Moyang Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Warna Merah di Bulan Februari

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Kurs

Kurs USD: Sab, 24 Mei.

RajaBackLink.com
">
Surabayastory.com

© 2024 Surabaya Story - Let's Make Story, Let's Make History

KATEGORI

  • HEADLINE
  • SURABAYA TODAY
  • CERITA KITA
  • RANA
  • FIKSI & PUISI
  • INSPIRASI PAGI
  • JEJAK
  • JENAKA
  • JELAJAH
  • LENSA

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • HEADLINE
  • SURABAYA TODAY
    • SKETSA KOTA
  • CERITA KITA
  • RANA
  • FIKSI & PUISI
  • INSPIRASI PAGI
  • JEJAK
  • JENAKA
  • JELAJAH
  • LENSA
  • Login
  • Sign Up

© 2024 Surabaya Story - Let's Make Story, Let's Make History

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist